Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas PGRI Madiun

Senin, 27 November 2017

MODEL KESEIMBANGAN RISIKO DAN RETURN

Hubungan Karakteristik dengan Risk and Return
                Menurut Paul L. Krugman dan Maurice Obstfeld, bahwa pada kenyataanya, seorang investor yang netral terhadap risiko cenderung mengambil posisi agresif maksimum. Ia akan membeli sebanyak mungkin aset yang menjanjikan hasil tinggi dan menjual sebanyak mungkin aset yang hasilnya lebih rendah. Perilaku inilah yang menciptakan kondisi paritas suku bunga. Adapun karakteristik tersebut secara umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1.      Takut pada risiko (RISK AVOIDER)
Karakteristik ini di mana sang decision maker sangat hati-hati terhadap keputusan yang diambilnya bahkan ia cenderung begitu tinggi melakukan tindakan yang sifatnya mengindari risiko yang akan timbul jika keputusan diaplikasikan. Karakter pebisnis yang melakukan tindakan seperti ini disebut dengan safety player.

2.      Hati-hati pada risiko (RISK INDIFFERENCE)
Karakteristik ini di mana sang decision maker sangat hati-hati atau begitu menghitung terhadap segala dampak yang akan terjadi jika keputusan diaplikasikan. Bagi kalangan bisnis, mereka menyebut orang dengan karakter seperti ini secara ekstrem disebut sebagai tipe peragu.

3.      Suka pada risiko (RISK SEEKER atau RISK LOVER)
Karakteristik ini adalah tipe yang begitu suka pada risiko. Mereka terbiasa dengan spekulasi dan itu pula yang membuat penganut karakteristik ini selalu saja ingin menjadi pemimpin dan cenderung tidak ingin menjadi pekerja. Mental risk seeker adalah mental yang dimiliki oleh pebisnis besar dan juga pemimpin besar. Karakter ini yang paling mendominasi jika dilihat dari kedekatannya pada risiko.
          Pengertian Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan model untuk menentukan harga suatu asset. Model ini mendasarkan diri pada kondisi ekuilibrium. Dalam keadaan ekuilibrium tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal untuk suatu saham akan dipengaruhi oleh risiko tersebut. Disini risiko bukan lagi diartikan sebagai deviasi standar tingkat keuntungan, tetapi diukur dengan beta. Penggunaan parameter ini konsisten dengan teori portofolio yang mengatakan bahwa apabila pemodal melakukan diversifikasi dengan baik, maka pengukur risiko dari tambahan saham kedalam portofolio. Apabila pemodal memegang portofolio pasar, maka sumbangan risiko ini tidak lain adalah beta.
Jika kita perhatikan perumusan standar CAPM maka sebenarnya pembentukan model tersebut menggunakan serangkaian asumsi penyederhanaan. Pengujian suatu model bukanlah pada realistis tidaknya asumsi-asumsi yang dipergunakan, tetapi pada seberapa tepat model tersebut mencerminkan realitas. Meskipun demikian dijelaskan bagaimana kalau sebagian asumsi-asumsi tersebut dilonggarkan, yaitu bagaimana kalau short selling tidak diperkenankan dan bagaimana kalau tidak bisa dijumpai adanya Rr Hasilnya ternyata CAPM yang standar tidaklah banyak mengalami perubahan.
Konsep-Konsep Penting CAPM
1.    Risiko Sistematis (Systematic Risks)
Risiko Sistematis (Systematic risks) adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan yang berhubungan dengan seluruh pergerakan pasar saham dan tidak dapat dihindari. Resiko sistematis atau dikenal dengan resiko pasar/resiko umum merupakan resiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi dipasar recara keseluruhan. Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas retur suatu investasi. Dengan kata lain, resiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat didiversifikasi. Risiko ini timbul akibat pengaruh keadaan perekonomian, politik dan sosial budaya, dimana mempunyai pengaruh secara keseluruhan. Risiko ini juga disebut indivertible risk. Faktor yang mempengaruhi :
a.         Perubahan tingkat bunga
b.        Kurs valuta asing
c.         Kebijakan pemerintah
d.        Daya beli masyarakat, dll

2.    Risiko tidak Sistematis (Unsystematic Risk)
            Risiko tidak Sistematis (Unsystematic risk) adalah bagian dari risiko yang tidak umum dalam sebuah perusahaan yang dapat dipisahkan. Resiko yang tidak sistematis atau dikenal dengan risiko spesifik (resiko perusahaan), adalah risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan. Resiko perusahaan lebih terkait pada perubahan posisi mikro perusahaan penerbit sekuritas. Dalam manajemen portofolio disebutkan bahwa resiko perusahaan bisa diminimalkan dengan melakukan diversifikasi asset dalam suatu portofolio. Risiko ini juga disebut diversifiable risk. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi :
a.          Struktur modal
b.         Struktur aset
c.          Tingkat likuiditas
3.    Risiko Pasar
Market Risk (risiko pasar), sering disebut juga sebagai interest rate risk, nilai investasi akan menjadi turun ketika suku bunga meningkat mengakibatkan pemilik investasi mengalami capital loss. Reinvestment risk, risiko yang disebabkan sebuah aset akan memiliki yield yang lebih sedikit pada beberapa waktu di masa yang akan datang.
      4.      Default Risk
 Risiko apabila penerbit aset gagal membayar bunga atau bahkan pokok aset.
     5.      Inflation Risk
Risiko menurunya nilai riil aset karena inflasi.
     6.      Currency Risk
Risiko menurunnya nilai aset karena penurunan nilai tukar mata uang yang dipakai oleh aset.
     7.      Political Risk
Risiko menurunya nilai aset karena perubahan dalam peraturan atau hukum karena perubahan kebijakan pemerintah atau perubahan penguasa.

        8.         Beta
Beta menghubungkan kovarian dari sebuah aset dengan portofolio pasar dengan varian dari portofolio pasar, dan didefinisikasi sebagai Laba yang diharapkan CAPM – hubungan BETA. Garis pasar sekuritas (SML) adalah sebuah spesifikasi CAPM akan bagaimana resiko dan tingkat laba yang dibutuhkan untuk aset, sekuritas atau portofolio apapun adalah terkait. Teori ini mengajukan sebuah hubungan linier antara resiko aset dan tingkat laba yang dibutuhkannya.
Capital Asset Pricing Model (CAPM) menjelaskan bahwa beta merupakan alat pengukur risiko yang relevan, dan terdapat hubungan yang positif dan linear antara tingkat keuntungan yang diharapkan dengan beta. Jika kita ingin mengetahui sumbangan suatu saham terhadap risiko suatu portofolio yang di diversifikasi secara baik, tetapi kita harus mengukur risiko pasarnya dan ini membawa kita untuk mengukur kepekaan saham tersebut terhadap perubahan pasar. Kepekaan tingkat keuntungan terhadap perubahan-perubahan pasar biasa disebut sebagai beta investasi tersebut.
9.    Security Market Line
Garis pasar modal menggambarkan trade-off resik laba dalam pasar finansial dalam ekuilibrium. Namun, hal itu hanya berlaku bagi portofolio efisien dan tidak bisa digunakan untuk mempertimbangkan ekuilibrium laba yang diharapkan untuk satu negara. Dalam CAPM semua investor akan memegang portofolio pasar, yang merupakan portofolio pembanding terhadap portofolio lainnya yang diukur. Investor akan mengharapkan premium resiko untuk membeli sebuah aset beresiko seperti saham. Semakin besar resiko dari saham itu, maka seharusnya semakin tinggi premium resiko. Jika investor memegang portofolio yang didiversifikasi dengan baik, mereka harus tertarik dalam resiko portofolio daripada resiko sekuritas individual. Saham yang berbeda akan mempengaruhi sebuah portofolio yang didiversifikasi dengan baik secara berbeda. Resiko relevan bagi sebuah saham individual adalah kontribusinya pada resiko dari sebuah portofolio yang didiversifikasi dengan baik.

Mengapa Beta Merupakan Pengukur Yang Tepat Dari Indeks Pasar
Saham dengan beta lebih besar dari 1,0 merupakan saham yang sangat peka terhadap perubahan pasar, dan sebaliknya. Saham dengan beta lebih besar dari 1 si sebut sebagai saham yang agresif, sedangkan yang mempunyai kurang dari 1 disebut sebagai saham yang defensif. Dengan demikian untuk saham-saham yang agresif, kalau terjadi perubahan (baik naik maupun turun) tingkat keuntungan portofolio pasar sebesar 10%, maka tingkat keuntungan saham-saham tersebut berubah dengan arah yang sama sebesar lebih dari 10%. Keadaan sebaliknya berlaku untuk saham-saham yang defensif.
Pembuktian Formal Bahwa Beta Merupakan Pengukur Risiko
Penjelasan dalam bagian tersebut lebih merupakan penjelasan yang berdasarkan “common sense”. Pada bagian ini kita akan sajikan secara formal bagaimana ukuran risiko, yang semula dinyatakan sebagai deviasi standar tingkat keuntungan, kemudian “berubah” menjadi beta saham tersebut.
D.           Asumsi-Asumsi Capital Asset Pricing Model
Capital Asset Pricing Model mengasumsikan bahwa para investor adalah perencana pada suatu periode tunggal yang memiliki persepsi yang sama mengenai keadaan pasar dan mencari mean-variance dari portofolio yang optimal. Capital Asset Pricing Model juga mengasumsikan bahwa pasar saham yang ideal adalah pasar saham yang besar, dan para investor adalah para price-takers, tidak ada pajak maupun biaya transaksi, semua aset dapat diperdagangkan secara umum, dan para investor dapat meminjam maupun meminjamkan pada jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga tetap yang tidak berisiko (fixed risk free rate). Dengan asumsi ini, semua investor memiliki portofolio yang risikonya identik. Selain asumsi-asumsi tersebut, CAPM memiliki asumsi lainyaitu sebagai berikut :
     1.      Berdasarkan model Markowitz, masing-masing investor akan mendiversifikasikan portofolionya dan memilih portofolio optimal berdasarkan preferensi investor terhadap return dan risiko
      2.      Semua investor mempunyai distribusi probabilitas di masa depan yang identik
      3.      Semua investor mempunyai satu periode waktu yang sama
     4.      Semua investor dapat meminjam (borrowing) dan meminjamkan (lending) uang pada tingkat return yang bebas risiko (risk free rate of return).
Asumsi ini menyatakan bahwa pemodal bisa menyimpan dan meminjam dengan tingkat bungan yang sama dan bebas risiko jelas tidak realistis. Lebih realistis kalau pemodal bisa menyimpan uangnya pada tingkat bunga yang bebas risiko (misal dengan Sertifikat Bank Indonesia) tetapi kalau meminjam tentulah terbatas dan tingkat bunga simpanan. Sebelum kita menggunakan asumsi tersebut, marilah kita gunakan skenario pada saat pemodal tidak bisa menyimpan dan meminjam dengan tingkat bunga bebas risiko yang sama. Ada beberapa model dalam Riskless Lending dan Borrowing Rate ini yaitu:
a.   Tidak ada Riskless Lending And Borrowing Rate
b.   Terdapat Riskless Lending tetapi tidak ada Riskless Borrowing
     5.      Tidak ada biaya transaksi
     6.      Tidak ada pajak pendapatan
Bentuk standar dari CAPM mengabaikan adanya pajak. Asumsi tersebut mempunyai implikasi bahwa para pemodal bersikap indifferent untuk menerima penghasilan dalam bentuk capital gains ataupun deviden dan bahwa para pemodal memegang portofolio sekuritas yang berisiko yang sama. Apabila kita mengakui adanya pajak, dan terutapma bahwa pajak atas capital gains umumnya lebih rendah dibandingkan dengan pajak atas deviden, harga keseimbangan dari sekuritas-sekuritas tersebut akan berubah. Dengan adanya pajak para pemodal akan mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang diharapkan atas dasar setelah pajak. Pertimbangan ini mempunyai implikasi bahwa meskipun ada pengharapan yang homogen (homogeneous expectation) tentang keuntungan portofolio sebelum pajak, efficient frontier yang relevan (setelah pajak) bagi masing-masing pemodal akan berbeda.
      7.      Tidak ada inflasi
      8.      Terdapat banyak sekali investor dan tidak ada satu investor pun yang dapat mempengaruhi harga   suatu sekuritas. Investor adalah price taker
      9.      Pasar dalam kondisi seimbang (equilibrium). Implikasinya:
        •       Semua investor akan memilih portofolio pasar yaitu portofolio yang berisi semua aktiva yang ada di pasar
        •       Portofolio pasar ini adalah portofolio aktiva berisiko yang optimal, yaitu yang berada pada efficient frontier

E.         Hubungan Risiko Dan Keuntungan dalam Lingkup CAPM
Sejauh ini kita telah membicarakan pengukuran risiko dalam CAPM, yaitu digunakan beta sebagai pengukur risiko (bukan lagi deviasi standar tingkat keuntungan). Kita juga tahu bahwa investasi yang efisien adalah investasi yang memberikan risiko tertentu dengan risiko terkecil. Dengan kata lain, kalau ada dua usulan investasi yang memberikan tngkat keuntungan yang sama, tetapi mempunyai risiko yang berbeda, maka investor yang rasional akan memilih investasi yang mempunyai risiko yang lebih kecil.
Berdasarkan prinsip diatas, maka untuk memasukkan faktor risiko (yang di ukur dengan beta) kedalam penilaian (suatu) investasi. Karena nialai suatu aktiva tergantung anatara lain pada tingkat keuntungan yang layak (=r) investasi/aktiva tersebut, maka CAPM ini kita pergunakan untuk menentukan beberapa r yang layak untuk suatu investasi dengan mengingat risiko investasi tersebut.
F.               Pelonggaran CAPM
       a.      Short Sales Tidak Diperkenankan
Asumsi ini merupakan salah satu asumsi yang sering ditanyakan oleh para mahasiswa karena di Bursa Efek Jakarta sampai saat ini (pertengahan 1998) memang short sales belum diperkenankan. Kita ingat bahwa short sales berarti menjual sekuritas yang belum dimiliki dan menggunakan kas yang diperoleh untuk membeli sekuritas lain. Seandainya short sales tidak diperkenankan apa yang terjadi dengan CML? CML akan berhenti pada titik M. Dengan kata lain CML hanya merupakan garis yang menghubungakan Rf dengan M. Ini berarti bahwa M tetap merupakan portofolio yang efisien. Dalam kerangka CAPM para pemodal akan memiliki portofolio pasar dalam kondisi ekuilibrium. Karena dalam kondisi ekuilibrium tidak ada satu investorpun yang melakukan short selling, pelanggaran short selling tidak akan merubah ekuilibrium. Jadi, CAPM yang sama tetap akan di peroleh meskipun short selling tidak diperkenankan.

       b.      Modifikasi Riskless Lending and Borrowing Rate
Asumsi yang menyatakan bahwa pemodal bisa menyimpan dan meminjam dengan tingkat bungan yang sama dan bebas risiko jelas tidak realistis. Lebih realistis kalau pemodal bisa menyimpan uangnya pada tingkat bunga yang bebas risiko (misal dengan Sertifikat Bank Indonesia) tetapi kalau meminjam tentulah terbatas dan tingkat bunga simpanan. Sebelum kita menggunakan asumsi tersebut, marilah kita gunakan skenario pada saat pemodal tidak bisa menyimpan dan meminjam dengan tingkat bunga bebas risiko yang sama. Ada beberapa model dalam Riskless Lending dan Borrowing Rate ini yaitu:
       a.       Tidak ada Riskless Lending And Borrowing Rate
       b.      Terdapat Riskless Lending tetapi tidak ada Riskless Borrowing

       c.       Pajak
Bentuk standar dari CAPM mengabaikan adanya pajak. Asumsi tersebut mempunyai implikasi bahwa para pemodal bersikap indifferent untuk menerima penghasilan dalam bentuk capital gains ataupun deviden dan bahwa para pemodal memegang portofolio sekuritas yang berisiko yang sama. Apabila kita mengakui adanya pajak, dan terutapma bahwa pajak atas capital gains umumnya lebih rendah dibandingkan dengan pajak atas deviden, harga keseimbangan dari sekuritas-sekuritas tersebut akan berubah. Dengan adanya pajak para pemodal akan mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang diharapkan atas dasar setelah pajak. Pertimbangan ini mempunyai implikasi bahwa meskipun ada pengharapan yang homogen (homogeneous expectation) tentang keuntungan portofolio sebelum pajak, efficient frontier yang relevan (setelah pajak) bagi masing-masing pemodal akan berbeda.

        d.      Faktor Likuiditas diperhatikan
Standar CAPM berpendapat bahwa para pemodal hanya berkepentingan dengan risiko dan keuntungan. Meskipun demikian, karakteristik lain mungkin juga penting bagi pemodal. Sebagai misal, masalah likuiditas ,mungkin juga penting. Dalam konteks ini, likuiditas berarti biaya yang ditanggung pemodal kalau ingin menjual sekuritasnya “secara tergesa-gesa”. Sebagai misal, rimah dianggap lebih tidak likuid dari pada sekuritas, karena untuk menjual dan memperoleh fair price akan memerlukan waktu yang lebih lama. Untuk sekuritas, pengertian dapat di ukur dari perbedaan antara (permintaan) harga juan dan harga beli. Semakin besar selisih harga tersebut, semakin tidak likuid sekuritas tersebut. Bagi pemodal. Portofolio yang lebih likuid akan dinilai lebih menarik dari pada portofolio yang tidak atau kurang likuid.










RIDWAN NUGROHO
16111078
UNIPMA
Share:

Minggu, 19 November 2017

RETURN DAN RESIKO : PENDAHULUAN

Return Dan Risiko

       1.      Definisi Risiko (Risk) dan Tingkat Pengembalian (Return)

            Pengertian Risk

Risiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau kehancuran. lebih luas, risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya hasil yang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan. Kehidupan usaha penuh dengan risiko, baik itu risiko finansial maupun manajerial sebagai berikut :

-          Risiko finansial

Berkaitan dengan kegagalan usaha untuk merealisasikan rencana finansial yang telah ditentukan.

-          Risiko manajerial

Berkaitan dengan kegagalan pimpinan perusahaan dalam mengelola perusahaannya yang pada akhirnya diukur dengan kegagalan finansial.

Dalam industri keuangan pada umumnya, terdapat suatu jargon “high risk bring about high return”, artinya jika ingin memperoleh hasil yang lebih besar, akan dihadapkan pada risiko yang lebih besar pula. Contohnya dalam investasi saham. Volatilitas atau pergerakan naik-turun harga saham secara tajam akan membuka peluang untuk memperoleh hasil yang lebih besar, namun sebaliknya, jika harga bergerak ke arah yang berlawanan, maka kerugian yang akan ditanggung sangat besar.

Dalam penyusunan anggaran modal, suatu proyek investasi ( perluasan usaha / penggantian aktiva tetap ) kita sering mengalami kegagalan setelah proyek tersebut dilaksanakan. Hal ini karena kita tidak memperhitungkan unsur risiko didalamnya.

Misal : risiko aliaran kas (cashflow) dalam faktor diskonto (dicountrate) sebagai biaya modal. Apabila aliran kas yang ada kita peroleh diwaktu yang akan datang tidak ada risiko, berarti kita dapat menentukan dengan tepat, keputusan yang akan diambil. Hal ini karena anggaran yang kita susun baik mengenai aliran kas masuk (cash in flow) maupun aliran kas keluar (cash out flow) dianggap pasti terjadi dimasa yang akan datang. Namun, jika terjadi penyimpangan, yang tidak menguntungkan, maka perusahaan akan kesulitan menyesuaikannya, karena risiko terjadinya penyimpangan tersebut belum ditentukan oleh perusahaan, lain jika unsur risiko telah ditentukan didepan. Maka apabila terjadi penyimpangan perusahaan akan lebih mudah menghitungnya.

        Pengertian Return

Return atau pengembalian adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukan. Menurut R. J. Shook, return merupakan laba investasi, baik melalui bunga atau deviden.

Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi yang dapat berupa return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expectation return). Return realisasi adalah return yang telah terjadi yang dihitung menggunakan data historis sedangkan return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang.



    2.      Pengukuran Return Realisasian

     Pengukuran return realisasian yang banyak digunakan adalah return total (Total Return), relatif return (return relative), kumulatif return (return cumulative) dan return disesuaikan (adjusted return) sebagai berikut:

        A.    Return Total (Total Return)

Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Return total sering disebut dengan return saja. yang terdiri dari:

          a.       Capital gain (loss): merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Jika harga investasi sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga investasi periode lalu (Pt-1) berarti terjadi keuntungan modal (capital gain), dan sebaliknya terjadi kerugian modal (capital loss).

Return Saham =Capital Gain (Loss) + Yield


 



             b.      Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham biasa yang membayar deviden periodik sebesar Dt rupiah per lembarnya, maka yield adalah sebesar Dt/Pt-1.



          B.     Relatif Return (Return Relative)

Return total dapat bernilai negatif dan positif. Kadangkala pada perhitungan rata-rata geometrik dibutuhkan suatu nilai yang positif, maka digunakan return relatif (relative return) yaitu dengan menambahkan nilai satu terhadap nilai return total sebagai berikut:



Return relatif= (return total+1)


 





         C.    Kumulatif Return (Return Cumulative)

Untuk mengetahui total peruba kemakmuran, indeks kemakmuran kumulatif (cumulative wealth index) yang dapat mengukur akumulasi semua return muali dari kemakmuran awal (KK0), dapat digunakan. Rumus IKK adalah sebagai berikut:

Notasi:

-          Ikk      = indeks kemakmuran kumulatif, mulai dari periode pertama

                sampai ke n.

-          Kk0     = kekayaan awal, biasanya digunakan nilai Rp 1.

-          Rt        = return periode ke-t mulai dari awal periode (t=1) sampai

                ke akhir periode (t=n)



IKK = KK0 (1 +R1) (1 + R2) …. (1 + Rn) atau IKK = PHK x YK



 





        D. Return Disesuaikan (Adjusted Return)

Return nominal perlu disesuaikan dengan tingkat inflasi yang ada. Return ini biasa disebut return riil (real return) atau return yang disesuaikan dengan inflasi (inflation adjusted return).  Selain itu, diversifikasi internasional semakin dibicarakan, karena diversifikasi ini dapat menurunkan tingkatb resiko yang sudah tidak dapat diturunkan lagi akibat diversifikasi domestik. Jika investasi dilakukan di luar negeri,  return yang diperoleh perlu disesuaikan dengan kurs mata uang yang berlaku sebagai berikut:



       E.     Rata – Rata Geometrik

Rata-rata geometrik (geometric mean) digunakan untuk menghitung rata-rata yang memperhatikan tingkat pertumbuhan kumulatif dari waktu ke waktu. Metode rata-rata geomertrik lebih tepat digunakan untuk situasi yang harus melibatkan pertumbuhan, sedangkan metode rata-rata aritmatika lebih tepat digunakan untuk menghitung rata-rata untuk satu periode yang sama dari banyak return tanpa melibatkan pertumbuhan. Jika rata-rata geometrik diketahui, indeks kemakmuran kumulatif untuk periode tertentu.



      3.      Return Ekspektasian

Return Ekspektasi (expected return) merupakan return yang digunakan untuk pengambilan keputusan investasi. Return ini penting dibandingkan dengan return historis.

1.      Berdasarkan Nilai Ekspektasian Masa Depan

Dengan adanya ketidakpastian (uncertainty) berarti investor akan memperoleh return di masa mendatang yang belum diketahui persis nilainya. Maka, return yang akan diterima harus diestimasi nilainya dengan segala kemungkinan yang dapat terjadi. Berarti bahwa tidak hanya sebuah hasil masa depan (outcome) yang akan diantisipasi, tetapi perlu diantisipasi beberapa hasil masa depan dengan kemungkinan probabilitas terjadinya. Oleh karena itu, probabilitas dari hasil-hasil masa depan perlu diketahui. Distribusi probabilitas ini dapat diperoleh dengan cara estimasi secara subyektif atau berdasarkan dari kejadian sejenis di masa lalu yang pernah terjadi. Return ekspektasi dapat dihitung dengan metode nilai ekspektasi (expected value method) yaitu mengalikan masing-masing hasil masa depan (outcome) dengan probabilitas kejadiannya dan mnjumlah semua produk perkalian tersebut. 



2.      Berdasarkan Nilai – Nilai Return Historis

Ketidak akuratan yang terjadi pada penghitungan hasil masa depan dapat dikurangi dengan menggunakan data historis untuk menghitung ekspektasi, yaitu sebagai berikut:

   Ø  Metode rata-rata (mean method): mengasumsikan bahwa return ekspektasi dapat dianggap sama dengan rata-rata nilai historisnya.

    Ø  Metode tren (trend method): dapat digunakan jika pertumbuhan akan diperhitungkan.

   Ø  Metode jalan acak (random walk method): beranggapan bahwa distribusi data return bersifat acak sehingga sulit digunakan untuk memprediksi, sehingga diperkirakan return terakhir akan terulang di masa depan.

Metode mana yang terbaik tergantung dari distribusi data returnnya.



3.      Berdasarkan Model Return Ekspektasian

Model-model untuk menghitung hasil ekspektasi sangat dibutuhkan. Model yang tersedia yang populer dan banyak digunakan adalah Single Index Model dan model CAPM.



 


     4.      Risiko

Hanya menghitung return saja untuk suatu investasi tidaklah cukup. Risiko dari investasi juga perlu diperhitungkan. Return dan risiko yaitu merupakan dua hal yang tidak terpisah, karena pertimbangan suatu investasi merupakan trade-off dari kedua faktor ini. Return dan mempunyai hubungan yang positif, semakin besar resiko yang harus ditanggung, semakin besar return yang harus ditanggung, semakin besar return yang harus dikompensasi.

Risiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi dari outcome yang diterima dengan yang diekpetasi. Untuk menghitung risiko metode yang banyak digunakan adalah deviasi standar (standart deviations) yang mengukur absolut penyimpangan nilai-nilai yang sudah terjadi dengan nilai ekspektasinya.



Risiko Berdasarkan Propabilitas

Penyimpangan standar atau devisiasi standar merupakan pengukuran yang digunakan untuk menghitung rsiko, deviasi standar (standard deviations). Selain deviasi standar (Standard deviation), resiko juga dapat dinyatakan dalam bentuk varian (Variance) yang merupakan kuadrat dari deviasi standar (Standard Deviation).

Risiko Berdasarkan Data Historis

Risiko yang diukur dengan variasi standar (Standard deviation ) yang menggunakan data historis .

     5.      Koefesien Variasi

Untuk melakukan analisis investasi, dua faktor harus dipertimbangkan bersama sama, yaitu return ekspektasian dan resiko aktiva. Koefesien variasi (coefficient of variation) dapat digunakan untuk mempertimbangkan dua faktor tersebut bersamaan.

      6.      Properti Return Ekspektasian dan Varian

Nilai- nilai ekspektasian mempunyai beberapa properti. Dua buah properti yang berhubungan dengan nilai ekspektasian sebagai berikut:

Properti 1:

Nilai ekspetasian dari penjumlahan sebuah variabel acal X dengan sebuah konstanta K adalah sama dengan nilai ekspektansian dari variabel acak itu sendiri ditambah dengan konstantanya.

Properti 2:

Nilai ekspektasian dari perkalian sebuah variabel acak X dengan sebuah konstanta K adalah sama dengan nilai ekspektasian dari variabel acak itu sendiri dikalikan dengan konstantanya.

Properti 3 :

Varian dari penjuamlahan suatu variabel acak X dengan sebuah konstanta K adalah sama dengan varian dari variabel acak tersebut

Properti 4:

            Varian dari perkalian sebuah variabel acak X dengan sebuah konstanta K adalah sama dengan varian dari variabel acak itu sendiri dikalikan dengan kuadrat konstantanya.



     7.      Semi Variance

Salah satu kekurangan menggunakan rumus varian adalah karena rumus ini memberi bobot yang sama besarnya untuk nilai – nilai dibawah maupun diatas nilai ekspektasian ( Nilai rata-rata ), padahal setiap individu yang memiliki attitude memiliki bobot yang berbeda, selain itu karena memiliki risiko lain yang selalu dihubungkan dengan penurunan nilai.

     8.      Mean Absolute Deviation

Merupakan pengukuran risiko yang menghindari pengkuadratan untuk memberikan bobot yang lebih kecil dibandingkan varian semivarience.



     9.      Hubungan Antara Return Ekspektasian dengan Resiko

Return ekspektasian dan risiko mempunyai hubungan yang positif, dimana semakin besar risiko suatu sekuritas, semakin besar return yang diharapkan begitupun sebaliknya.



       Return Dan Resiko Portofolio

     1.      Return Portofolio

Return realisasian portofolio (portfolio realized return) merupakan tara rata tertimbang dari return- return  realisasian  masing - masing  sekuritas tunggal di dalam portofolio tersebut.

Sedangkan return ekspektasian portofolio (portfolio expected  return) merupakan rata rata tertimbang dari return- return ekspektasian masing masing sekuritas tunggal di dalam portofolio.  


      2.      Risiko Portofolio

Risiko portofolio (portfolio risk) tidak merupakan rata rata tertimbang dari seluruh risiko sekuritas tunggal. Persyaratan utama untuk dapat mengurangi risiko di dalam portofolio ialah return untuk masing masing sekuritas tidak berkorelasi secara positif dan sempurna.

Salah satu pengukur risiko adalah deviasi standar (standard deviation) atau varian (variance) yang merupakan kuadrat dari deviasi standar. Dengan demikian varian return portofolio yang merupakan risiko portofolio dapat di tuliskan sebagai berikut :

Var(Rp) = p2 = E [Rp – E(Rp)]2



     A.    Portofolio dengan Dua Aktiva

Merupakan suatu portofolio yang terdiri dari dua aktiva, yaitu sekuritas A dan B, yang didalamnya terdapat nilai kovarian nol menunjukkan nilai-nilai dari dua variabel independen, yaitu pergerakan satu variabel tidak ada hubungannya dengan pergerakan variabel yang lainnya. Dan kovarian dapat dihitung menggunkan dengan cara:

              1.      Kovarian dengan Cara Propabilitas


              2.      Kovarian Menggunakan Data Historis

Dalam portofolio dengan dua aktiva memiliki konsep kovarian yang dapat dinyatakan dalam bentuk Koevesien Korelasi yang menunjukkan besarnya hubungan pergerakan antara dua variabel relatif terhadap masing-masing deviasi.



       B.     Portofolio dengan Banyak Aktiva

Merupakan portofolio dengan banyak aktiva, yaitu terdiri dari n buah sekuritas. Proporsi dari masing – masing aktiva ke-i yang membentuk portofolio adalah sebesar W1, W2, dan W3, berturut-turut untuk sekuritas ke 1,2, dan 3.



      3.      Risiko Total

Portofolio yang well-diveresified disebut dengan resiko yang dapat di

             - diversifikasi ( diversifiable risk ) atau resiko perusahaan ( company risk ) atau resiko spesifik tidak sistematik ( unsystematic risk ). Karena resiko ini unik untuk suatu perusahaan, yaitu hal yang buruk terjadi di suatu perusahaan dapat diimbangi dengan hal yang baik teradi di perusahaan yang lain, maka resiko ini dapat di-diversifikasi dengan portofolio. Contoh dari diversifiable risk adalah pemotongan buruh, tuntutan oleh pihak lain, penelitian yang tidak berhasil dan sebagainya.

Resiko yang tidak dapat di-diversifikasikan oleh portofolio disebut dengan nondiversifiable risk atau resiko pasar ( market risk ) atau resiko umum ( general risk) atau resiko sistematik (systematik risk).Resiko total ( total risk) merupakan penjumalahan dari diversifiable dan nondiversifiable risks sebagai berikut ini:

            -     Resiko total     = resiko dapat di-diversifikasi + resiko tak dapat

Didiversifikasi

 = resiko perusahaan + resiko pasar

 = risiko tidak sistematik + risiko sistematik

 = risiko spesifik ( unik ) + risiko umum



     4.      Diversifikasi

Resiko yang dapat di difersifikasikan adalah risiko yang tidak sistematik atau resiko spesifik dan unik untuk perusahaan. Diversifikasikan risiko in sangat penting untuk investor, karena dapat meminimumkan risiko tanpa harus mengurangi return yang di terima.

        A.    Diversifikasi dengan Banyak Aktiva

Mengikuti hukum statistik, bahwa semakin besar ukuran sampel, semakin dekat nilai rata-rata sampel dengan nilai ekspektasian dari populasi. Hukum ini disebut dengan hukum jumlah besar (Law of Large Numbers). Asumsi yang di gunakan dalam hal ini adalah bahwa tingkat hasil (rate of return) untuk masing- masing sekuritas secara statistik adalah independen.

Semakin banyak sekuritas yang dimasukan ke portofolio, semakin kecil risiko portofolionya. Kenyataannya, asumsi rate of return yang independen untuk masing-masing sekuritas adalah kurang realistis, karena umumnya return sekuritas berkorelasi satu dengan lainnya.

        B.     Diversifikasi Secara Random

Diversivikasi secara random ( random atau naive diversification ) merupakan pembentukan portofolio dengan memilih sekuritas- sekuritas secara acak tampa memperhatikan secara karakteristik dari investasi yang relevan seperti misalnya return dari sekuritas itu sendiri



        C.    Diversifikasi Secara Markowitz

Semakin banyak sekuritas yang di masukan ke dalam portofolio, semakin kecil risiko portofolio. Degan menggunakan metode markowtz, diversifikasi ini dapat di buktikan secara sistematis.










RIDWAN NUGROHO
16111078 / 3B
MANAJEMEN
UNIPMA


Share:
Diberdayakan oleh Blogger.

Welcome To Basil

Pages

Name*


Message*

Blog Archive