Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas PGRI Madiun

Senin, 30 Oktober 2017

PENGANGGARAN MODAL (ISU LANJUTAN)

Pengertian Penganggaran Modal
Capital budgeting atau penganggaran modal yaitu proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan investasi dalam aktiva tetap. Menurut James C. Van Horne (2004:324) penganggaran modal adalah proses mengidentifikasi, menganalisa, dan memilih proyek investasi yang pengembaliannya (arus kas) diharapkan lebih dari satu tahun. Menurut Keown Arthur (2005:306) penganggaran modal adalah proses pembuatan keputusan investasi pada aset tetap. Penganggaran modal merupakan proses dimana perusahaan memperbarui dan menemukan dirinya kembali – mengadaptasikan proyek lama dan menemukan proyek yang baru.
Ini melibatkan perbandingan penerimaan kas yang dapat ditampilkan lebih dari beberapa tahun dengan pengeluaran kas yang secara umum terjadi dalam waktu dekat.  Modal (Capital) menunjukkan aktiva tetap yang digunakan untuk produksi. Anggaran (budget) adalah sebuah rencana rinci yg memproyeksikan aliran kas masuk dan aliran kas keluar selama beberapa periode pada saat yg akan datang. Capital budget adalah garis besar rencana pengeluaran aktiva tetap. Penganggaran modal (capital budgeting) adalah proses menyeluruh menganalisa proyek2 dan menentuan mana saja yang dimasukkan ke dalam anggaran modal.

2.     Proyek Dengan Usia Berbeda
            Manajer keuangan menganalisis proyek secara independen. Misalnya kita harus mempunyai dua alternatif investasi yang berbeda usianya, kemudian harus memilih salah satunya. Bagaimana membandingkan kedua investasi tersebut? Misalkan ada dua proyek investasi pergantian kedua investasi tersebut? Mislkan ada dua proyek investasi pergantian mesin yaitu A dan B. Investasi A membutuhkan dana Rp. 640.000,00 dan proyek B membutuhkan investasi sebesar Rp. 840.000,00 dan menghasilkan kas masuk sebesar Rp. 240.000,00 per tahun selama enam tahun. Tabel berikut ini meringkaskan informasi tersebut dengan hasil perhitungan NPV dengan meringkaskan informasi tersebut dengan hasil perhitungan NPV dengan discount rate sebesar 10%.
Tabel 1 Dua Proyek Investasi dengan Usia Berbeda

Proyek A
Proyek B
Investasi awal
Rp. 640.000,00
Rp. 840.000,00
Kas masuk per tahun
Rp. 320.000,00
Rp. 240.000,00
Usia investasi
3 Tahun
6 Tahun
NPV (Discount rate 10%)
Rp. 141.630,00
Rp. 186.402,00

Aliran kas untuk kedua usulan investasi tersebut bisa dilihat berikut ini. 
            Proyek A
             0                +320ribu          +320ribu          +320ribu
            -640ribu                  1                      2                      3

Proyek B
             0                +240ribu          +240ribu   …………..                 +240ribu
            -840ribu                  1                      2                                              6
Perhitungan tabel diatas menunjukan bahwa proyek B memberikan NPV lebih tinggi dibandingkan dengan proyek A. karena itu proyek B akan dipilih. Tetapi NPV merupakan fungsi dari usia proyek, semakin lama usia proyek akan semakin tinggi NPV-nya. Meskipun hal tersebut tidak menjadi masalah jika proyek tersebut independen, hal tersebut menjadi masalah jika proyek tersebut saling meniadakan (kita harus pilih salah satu) dan pergantian di masa mendatang akan dilakukan. Proyek semacam itu bukan merupakan proyek satu kali saja. Untuk memperoleh perbandingan yang lebih valid, kita perlu menyamakan usia kedua proyek tersebut. Ada dua cara yang bisa dilakukan.
2.1  Menyamakan Usia
           Proyek A memiliki usia 3 tahun, sedangkan proyek B memiliki usia 6 tahun. Keduanya bisa di samakan menjadi usia 6 tahun. Proyek A dengan demikian mengalami dua siklus, sedangkan proyek B mengalami satu siklus/ skedul aliran kas untuk keduanya bisa dilihat sebagai berikut ini.
Bagan 2. Skedul Alian Kas dengan Menyamakan Usia Proyek

Proyek A
      0      +320ribu   +320ribu    +320ribu     +320ribu    +320ribu       +320ribu
            -640ribu      1                2                3                4               5               6

Proyek B
      0      +240ribu   +240ribu    +240ribu  +240ribu  +240ribu         +240ribu
            -840 ribu      1               2                3                4               5               6
2.     2 Equivalent Annual NPV (EAN)
         Metode ini merubah NPV yang dihitung menjadi angka NPV tahunan. Asumsi yang dipakai oleh metode ini adalah proyek yang ada sekarang akan dilakukan terus menerus. Perhitungan Equivalent Annual NPV adalah sebagai berikut ini.
        Eq An NPV  =  NPVn / PVIFA (r,n)                             ……… (1)                  
       dimana :     
                    NPVn              = Present value proyek
                    PVIFA (r,n)       = Present value factor annuity didasarkan pada tingkat                                                keuntungan yang disyaratkan dan usia proyek.
         
     2.3 Pertimbangan Lanjut
         Analisis investasi untuk dua proyek dengan usia berbeda dilakukan untuk dua proyek yang mutually exclusive (kita harus memilih salah satu). Jika dua proyek tersebut independen, maka tidak perlu dilakukan analisis seperti itu. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah analisis tersebut mengasumsikan kondisi yang sama selama umur proyek tersebut; tingkat inflasi dan teknologi dianggap sama. Jika kita memperkirakan tingkat inflasi atau teknologi berbeda, sehingga menyebabkan aliran kas keduanya berubah, maka kita harus memasukkan efek tersebut ke dalam perkiraan aliran kas.
3._ Pengaruh Inflasi
Jika aliran kas dan tingkat keuntungan yang disyaratkan menggunakan aliran kas nominal, dan tingkat inflasi yang dipakai keduanya sama, maka tingkat inflasi keduanya akan saling menghilangkan. Dengan demikian kita tidak perlu melakukan apa-apa. Yang menjadi masalah jika tingkat inflasi keduanya tidak sama. Jika pasar keuangan efisien, maka pasar (investor) akan memasukkan inflasi yang diharapkan ke dalam tingkat keuntungan yang disyaratkan. Jika kita tidak melakukan hal yang sama terhadap aliran kas, maka akan ada kecenderungan downward bias (bias karena hasil analisis NPV menjadi lebih rendah dari yang seharusnya).
Beberapa langkah yang bisa dilakukan yang berkaitan dengan inflasi:
1. Pengaruh inflasi atau dis-inflasi harus dimasukkan ke dalam aliran kas, karena tingkat keuntungan yang disyaratkan biasanya sudah memasukkan inflasi yang diharapkan (investor sudah memasukkan inflasi ke dalam tingkat keuntungan yang diharapkan).
2. Jika inflasi tidak homogen di dalam suatu perekonomian, akan lebih baik jika kita menggunakan tingkat inflasi per-sektor perekonomian.
3.  Perubahan harga yang tidak dikarenakan inflasi, misal karena perubahan permintaan dan penawaran, yang akan mempengaruhi aliran kas, sebaiknya juga dimasukkan ke dalam analisis.
      4.    Analisis Dalam Anggaran Modal
       4.1 Analisis Risiko Investasi
Untuk memperoleh gambaran yang lebih realistis mengenai analisis NPV, analisis NPV bisa dilengkapi dengan analisis sensitivitas. Dalam analisis sensitivitas, kita akan menghitung NPV jika parameter-parameter dalam analisis berubah.
Misalkan saja kita mengidentifikasi tiga variabel yang dianggap relevan sebagai berikut ini.
1. Jumlah kuantitas terjual
     2. Harga per-unit (karena, Penjualan  =  jumlah kuantitas yang diminta × harga per-unit)
3. Biaya tetap
4. Investasi awal.
Kemudian kita mempunyai perkiraan yang berbeda untuk setiap variabel: pesimis, normal, optimis. Dengan melakukan analisis sensitivitas, manajer keuangan bisa memperoleh informasi variabel apa saja yang penting (critical), yang harus diwaspadai oleh manajer keuangan.
Kelemahan pendekatan sensitivitas di atas adalah menggunakan pertimbangan subyektif untuk menentukan angka pada kondisi pesimis maupun optimis. Pada satu sisi, pendekatan subyektif barangkali memang sebaiknya digunakan. Di sisi lain, pendekatan subyektif bisa menghasilkan bias-bias tertentu, misal ada kecenderungan merubah variabel sedemikian rupa sehingga NPV yang dihasilkan bisa tetap positif.
Sebagai pelengkap, metode obyektif juga bisa digunakan dalam analisis sensitivitas. Dalam metode ini, kita akan melihat bagaimana efek perubahan variabel jika berubah sebesar angka tertentu, misal 20%, terhadap NPV. Kita bisa mengulangi langkah yang sama dengan merubah angka perubahan menjadi 30%, 10%, 5%, dan melihat efeknya terhadap NPV. Dengan menggunakan angka tetap naik dan turun sebesar 20%, usulan investasi menjadi sensitif terhadap perubahan harga per-unit dan jumlah kuantitas yang terjual.
4.2 Analisis Skenario
Pada analisis skenario, manajer keuangan mengidentifikasi skenario tertentu, kemudian menghitung NPV berdasarkan skenario tersebut. Berbeda dengan analisis sensitivitas, dimana hanya satu variabel berubah, dan mengasumsikan variabel lain konstan, pada analisis skenario, variabel-variabel bisa berubah secara bersamaan untuk setiap skenarionya. Misalkan manajer keuangan memperkirakan tiga skenario, yaitu kondisi ekonomi jelek, normal, dan baik. Seberapa besar risiko proyek tersebut, akan tergantung dari probabilitas kondisi perekonomian menjadi jelek. Manajer keuangan memperoleh informasi yang lebih banyak mengenai risiko usulan investasi tersebut, dengan melakukan analisis sensitivitas dan skenario.
4.3 Analisis Simulasi
Simulasi memperhalus analisis sensitivitas lebih lanjut. Dalam analisis simulasi, manajer keuangan merubah-rubah variabel yang relevan, kemudian melihat efeknya terhadap NPV. Perubahan dilakukan secara simultan, kemudian perhitungan efek terhadap NPV dilakukan beberapa kali sehingga akan diperoleh distribusi NPV. Simulasi akan lebih mudah dilakukan dengan menggunakan software atau program komputer.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah :
(1)Menghitung distribusi probabilitas penjualan berdasarkan data historis atau perkiraan lainnya. Setelah diperoleh distribusinya, kita bisa menentukan angka random yang berkaitan dengan masing-masing skenario tingkat penjualan.
4.4 Analisis Break even Point / BEP (Pulang Pokok)
         2.4.4.1   Analisis Break-Even Akuntansi
Analisis break-even bisa digunakan untuk melihat seberapa besar penjualan minimal agar bisa menutup biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan. Jika manajer keuangan ingin melihat penjualan minimal yang harus diperoleh agar bisa menutup biaya-biaya yang dikeluarkan, analisis break-even bisa digunakan.
          Analisis break-even bisa dituliskan sebagai berikut.[1]
                                    Biaya tetap + depresiasi
   Titik BE = ----------------------------------------------------------
                (Harga per-unit – Biaya Variabel per-unit) / Harga per-unit  ……… (2)
[1] Formula tersebut diturunkan sebagai berikut ini.
Penjualan = VC + FC + Dep
Dimana VC = biaya variabel, FC = biaya tetap, Dep = depresiasi
Karena Penjualan = P.Q (Harga × Kuantitas), dan Biaya Variabel = V.Q  (Biaya variabel per-unit × Kuantitas), maka:
P.Q  = V.Q + FC + Dep
  P.Q – V.Q = FC + Dep
   Q (P – V) = FC + Dep                     Q = (FC + Dep) / (P – V)
Kemudian, masing-masing sisi dikalikan P, sehingga diperoleh
P.Q = (FC + Dep) / [ (P – V) / P ]
  2.4.4.2  Analisis Break Even Present Value Aliran Kas
Manajemen keuangan mempunyai fokus pada aliran kas, bukannya laba akuntansi. Meskipun terjadi break-even akuntansi, sebenarnya perusahaan masih rugi secara eknomis. Untuk menghapus kelemahan tersebut, manajer keuangan bisa melakukan perhitungan break-even dengan memasukkan present value aliran kas.
Untuk menghitung tingkat penjualan dimana NPV = 0, kita bisa menghitung menggunakan formula sebagai berikut,
PV Kas Masuk – PV Kas Keluar = 0
Metode alternatif dalam perhitungan break-even dengan present value aliran kas adalah dengan menggunakan equivalent annual cost (EAC). EAC dihitung sebagai berikut ini.
EAC    =          Investasi Awal / PVIFA (r%, T)
EAC bisa diinterpretasikan sebagai komponen investasi awal yang harus “dicover” agar investasi bisa ditutup (break-even). Dengan kata lain, EAC merupakan komponen aliran kas.
Titik break-even di atas bisa dihitung secara matematis sebagai berikut ini.
                         EAC + Biaya Tetap (1 – T) – Depresiasi (T)
    TBE =         -------------------------------------------------------
                                                  (Harga jual – Biaya Variabel) (1 – T)
Komponen biaya (angka yang dibagi) terdiri dari EAC (bagian dari investasi awal), biaya tetap (net-pajak) dan penghematan pajak karena depresiasi. Pembaginya terdiri dari  selisih harga jual dengan biaya variabel net-pajak.
5.     Pohon Keputusan dan Analisis Opsi
Salah satu cara untuk menganalisis ketidakpastian adalah dengan menggunakan pohon keputusan. Dengan menggunakan pohon keputusan, manajer keuangan bisa menganalisis keputusan yang dilakukan secara berurutan. Pilihan akan selalu mempunyai nilai. Diagram pohon keputusan bermanfaat untuk menggambarkan situasi dengan pilihan.
Dalam banyak permasalahan, kesempatan atau peluang memainkan peran yang penting. Analisis keputusan merupakan istilah untuk teknik dalam menganalisis permasalahan yang mengandung risiko, ketidakpastian atau peluang. Pohon keputusan merupakan teknik khusus dalam menganalisis keputusan. Dengan menggunakan diagram pohon keputusan, maka logika dan proses pengambilan keputusan dapat ditelusuri, artinya gambaran yang diberikan dalam diagram keputusan tersebut mudah dipahami, dapat dikaji ulang, proses dan logika pembuatan keputusan dapat diikuti dengan seksama.
Komponen utama dalam diagram pohon keputusan meliputi simpul-simpul dan cabang-cabang. Adapun simpul dibedakan menjadi 3 yaitu simpul keputusan (Kotak), simpul
peluang atau kesempatan (lingkaran) dan simpul terminal (bulat). Simpul keputusan mencerminkan alternatif-alternatif atau pilihan – pilihan keputusan yang bisa di ambil oleh perusahaan. Simpul peluang melambangkan keadaan-keadaan yang mungkin terjadi dari alternatif keputusan tersebut. Sedangkan simpul terminal merupakan akhir dari lintasan  proses keputusan.
Contoh :
Disini setiap percabangan menyatakan kondisi yang harus dipenuhi dan tiap ujung pohon menyatakan kelas data. Contoh  Gambar diatas adalah identifikasi pembeli komputer,dari pohon keputusan tersebut diketahui bahwa salah satu kelompok yang potensial membeli komputer adalah orang yang berusia di bawah 30 tahun dan juga pelajar. Setelah sebuah pohon keputusan dibangun maka dapat digunakan untuk mengklasifikasikan record yang belum ada kelasnya. Dimulai dari node root, menggunakan tes terhadap atribut dari record yang belum ada kelasnya tersebut lalu mengikuti cabang yang sesuai dengan hasil dari tes tersebut, yang akan membawa kepada internal node (node yang memiliki satu cabang masuk dan dua atau lebih cabang yang keluar), dengan cara harus melakukan tes lagi terhadap atribut atau node daun. Record yang kelasnya tidak diketahui kemudian diberikan kelas yang sesuai dengan kelas yang ada pada node daun. Pada pohon keputusan setiap simpul daun menandai label kelas. Proses dalam pohon keputusan yaitu mengubah bentuk data (tabel) menjadi model pohon (tree) kemudian mengubah model pohon tersebut menjadi aturan (rule).






RIDWAN NUGROHO
MANAJEMEN / 3B
16111078
UNIPMA

Share:

Minggu, 22 Oktober 2017

ANALISIS PENGANGGARAN MODAL (ANALISIS USULAN INVESTASI)


Arti dan Tujuan Penganggaran Modal
            Penganggaran modal (Capital Budgeting) adalah proses kegiatan yang mencakup seluruh aktivitas perencanaan penggunaan dana dengan tujuan untuk memperoleh manfaat (benefit) pada waktu yang akan datang.. Aktivitas suatu investasi ditujukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan selama periode tertentu di waktu yang akan datang, yang mempunyai titik awal (kapan investasi dilaksanakan) dan titik akhir (kapan investasi akan berakhir).Penganggaran modal dalam prakteknya dimaksudkan untuk mengadakan analisis investasi dari beberapa alternatif investasi yang tersedia
Pentingnya Penganggaran Modal
            Terdapat beberapa aspek menyebabkan penganggaran modal mempunyai posisi strategis didalam perencanaan suatu investasi. Aspek-aspek tersebut diantaranya :
·         Pengaruh jangka panjang
·         Waktu tersedianya aktiva modal
·         Pengumpulan dana
Pengelompokkan Usulan Investasi
Berdasarkan manfaat yang dapat dihasilkan oleh investasi maka usulan investasi dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1.      Investasi penggantian (replacement)
Untuk mengganti aktiva lama yang telah aus karena penggunaan, ataupun aktiva yang dirasakan telah tidak sesuai lagi untuk digunakan karena terdapat aktiva lain yang lebih efisien.
2.      Investasi perluasan (ekspantion)
            Investasi perluasan dimaksudkan untuk menambah kemampuan kapasitas yang telah ada guna memenuhi permintaan yang cenderung meningkat.
3.      Menghasilkan produk baru (new product aktivities)
            Resiko usaha dapat dikurangi secara relaitf, jika perusahaan yang bersangkutan melakukan diversifikasi dari produk yang dihasilkan.
            Diversifikasi produk menyebabkan perusahaan akan beroperasi di berbagai segmen pasar. Sehingga jika terjadi kekurangberhasilan pemasaran suatu produk pada segmen pasar tertentu, secara relatif dapat dikomvensasikan oleh keberhasilan pemasaran produk lain pada segmen pasar lainnya.
            Investasi yang memberikan manfaat tidak langsung (Indirect Benefit), adalah investasi yang tidak secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh pendapatan (profit).

Kriteria keputusan penganggaran modal :
a. Payback period adalah jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran awal. atau suatu kriteria penganggaran modal yang digambarkan sebagai jumlah tahun yang diperlukan untuk mengembalikan investasi kas awal.
Keuntungan :
-          Menggunakan arus kas bebas, bukan accounting profit
-          Mudah dihitung dan dipahami
-          dapat digunakan sebagai alat penyaring kasar
-          Sering digunakan sebagai alat penyaring kasar untuk menghilangkan proyek dengan tingkat pengembalian yang tidak nyata hingga tahun–tahun akhir.
-          Menekankan pada pengembalian yang lebih awal yang lebih pasti dan memberikan kebutuhan likuiditas bagi perusahaan.
Kerugian :
-          Tidak memperhitungkan Aksioma 2
-          Semua arus kas yang terjadi setelah periode pembayaran kembali diabaikan.
-          mengabaikan nilai waktu uang
-          pemilihan periode pengembalian  maksimum bersifat arbitrer
Untuk menanggulangi kelemahan 1 muncullah Discounted payback period. Namun masih mempunyai kelemahan, yaitu accept-reject kriteria bersifat arbiter
b. periode pengembalian diskonto : variasi dari kriteria keputusan masa pengembalian yang digambarkan sebagai jumlah tahun yang diperklukan untuk mengembalikan pengeluaran kas awal dari arus kas bersih yang didiskonto
keunggulan : menggunakan arus kas bebas, mudah dihitung&dipahami, dan mempertimbangkan nilai waktu uang
kekurangan : mengabaikan arus kas bebas yang terjadi setelah periode pengembalian diskonto dan pemilihan periode pengembalian diskonto maksimum bersifat arbitrer
           2.  Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang free cash flow setelah pajak dikurangi pengeluaran awal proyek. Perbedaan nilai sekarang arus kas dengan pengeluaran awal menetukan nilai bersih atas penerimaan investasi dalam nilai uang masa sekarang.
Kriteria : NPV ≥ 0 à Terima
NPV < 0 à Tolak
NPV = 0 à Terima, karena proyek tersebut memberikan pengembalian yang sama dengan tingkat pengembalian yang disyaratkan.
Keuntungan :
-          Menggunakan arus kas bebas
-          memperhitungkan nilai waktu uang
-          konsisten dengan tujuan perusahaan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham
-          Menggunakan perbandingan yang logis antara keuntungan dan biaya
-          Penerimaan proyek akan meningkatkan nilai perusahaan à konsisten dengan tujuan perusahaan
            Kerugiannya membutuhkan peramalan jangka panjang atas penambahan arus kas yang diterima, membutuhkan perkiraan jangka panjang terinci dari arus kas bebas proyek dan sensitivitas terhadap pilihan tingkat diskonto
              3. Profitability index atau benefit/cost ratio adalah rasio nilai sekarang dari free cash flow terhadap pengeluaran awalnya.
Kriteria : PI ≥ 1 à Terima
PI < 1 à Tolak

            Antara NPV dan PI akan selalu menghasilkan keputusan terima dan tolak yang sama walaupun tidak dalam urutan yang sama.
Keuntungan dan Kerugian sama dengan NPV
             4. Internal rate of return, tingkat pengembalian yang menyeimbangkan nilai sekarang dari arus kas masa depan dengan peneluaran awal proyek.
Kriteria : IRR ≥ Required rate of Retun à Terima
IRR < Required rate of Retun à Tolak
            Jika IRR = Required rate of Retun, maka proyek tersebut diterima karena perusahaan mendapatkan Required rate of Retun seperti yang disyaratkan pemegang saham. IRR juga akan menghasilkan keputusan terima tolak yang sama dengan NPV dan PI
Keuntungan dan Kerugian sama dengan NPV dan PI
Kerugian tambahan :
sulit dihitung jika tidak menggunakan kalkulator keuangan.
Asumsi tingkat reinvestasi à NPV mengasumsikan bahwa arus kas yang diterima akan diinvestasikan kembali dengan required rate of return sedangkan reinvestment rate IRR menggunakan tingkat IRR.
NPV lebih baik karena arus kasnya :
ü  dikembalikan ke pemegang saham yang menghendaki required rate of return
ü  diinvestasikan kembali dimana investor luar juga menuntut required rate of return
            5. IRR yang telah dimodifikasi : tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang arus kas proyek dengan njilai sekarang nilai akhir proyek (MIRR).  Dengan kelemahan tersebut muncullah MIRR yang menggunakan asumsi bahwa semua arus kas masuk sepoanjang usia proyek akan diinvestasikan kembali pada required rate of return samapi usia nproyek yang disebut Terminal Value (nilai akhir proyek). MIRR adalah tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang arus kas keluar (Initial Outlay dengan Terminal Value proyek.
KEUNGGULAN : Menggunakan arus kaS BEBAS, memperhitungkan nilai waktu uang, konsisten dengan tujuan perusahaan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham,
kelemahan : membutuhkan perkiraan jangka panjang terinci dari arus kas bebas proyek
Aliran Kas
Di dalam melakuan analisa  capital budgeting diperlukan estimasi arus kas. Dimulai dari investasi awal hingga proyek itu berjalan. Pada tahap awal kas perusahaan masih negatif karena perusahaan hanya mengeluarkan dana untuk pelaksanaan proyek tersebut, setelah proyek tersebut selesai dan arus kas akan menjadi positif akibatnya adanya penghasilan yang dihasilkan dari investasi tersebut.

Masalah Dalam Menghitung Aliran Kas
Perusahaan mengharapkan akan menghasilkan arus kas yang lebih besar daripada sebelum melakukan suatu investasi. Di dalam capital budgeting ini disebut sebagai arus kas tambahan (incremental cash flow).  Incremental cash flow ini yang digunakan untuk menghitung atau menganalisa kelayakan suatu proyek dengan metode net present value.
Empat (4) hal yang harus diperhatikan di dalam menentukan arus kas tambahan yaitu (Ross, 2008) :
1.      Sunk Cost  Pengeluaran yang telah terjadi di masa lalu, yang tidak terpengaruh oleh keputusan menerima atau menolak suatu proyek.
2.      Opportunity Cost  Biaya yang timbul karena perusahaan kehilangan kesempatan menerima suatu pendapatan karena aset perusahaan digunakan pada proyek yang lain.
3.      Side Effect  Dapat diklasifikan sebagai  erosion atau  synergy.  Erosion terjadi ketika produk baru menurukan cash flow sedangkan synergy terjadi sebaliknya  
4.      Allocated Cost  Dilihat sebagai pengeluaran kas jika terjadi kenaikan cost pada proyek.
Arus kas dalam suatu proyek terdiri atas beberapa komponen yaitu:
a.      Initial investment (Investasi awal)   : Semua pengeluaran yang digunakan untuk membiayai proyek tersebut.
b.      Free Cash Flow Arus kas bersih yang dapat dihasilkan selama proyek tersebut berlangsung. Yang diperhitungkan disini adalah selisih arus kas masuk dan keluar (pendapatan dan biaya) setelah dikurangi pajak dan tidak memperhitungkan bunga dan depresiasi.
c.       Terminal Value Arus kas yang dihasilkan jika pada akhir periode, investasi tersebut dijual. Nilai ini adalah nilai bersih dari penjualan tersebut
Metode Analisis Penganggaran Modal dan Penerapannya
1.      Payback periode
Jangka waktu yang diperlukan untuk mendapatkan kembali jumlah modal yang ditanam, semakin cepat modal dapat diperoleh kembali berarti semakin kecil resiko yang harus diambil/ dihadapi (Periode waktu yang menunjukkan berapa lama dana yang diinvestasikan akan bisa kembali)
·         Kebaikan : sangat mudah diterapkan
·         Kelemahan :
a.       tidak memperhatikan time of money value
b.      tidak memperhatikan cash in flow setelah masa payback sehingga tidak bisa digunakan sebagai alat ukur.
Rumus:
Payback periode  =  jumlah investasi * 1 tahun
                                                    Proceed

 jika payback periode > umur ekonomis, investasi ditolak
 jika payback periode < umur ekonomis, investasi diterima
2.      Net Present Value (NPV)
            Metode penilaian investasi yg menggunakan discounted cash flow. (mempertimbangkan nilai waktu uang pada aliran kas yg terjadi sekarang dengan arus kas keluar yang akan diterima pada masa yang akan datang).
·         Kebaikan :
a.       memperhitungkan time value of money
b.      memperhitungkan seluruh cash flow selama usia investasi
·         Kelemahan :
dalam membandingkan dua investasi yang sama modalnya, nilai tunai netto tidak dapat digunakan sebagai pedoman.
Rumus :
NPV  =  PVNCF – PVNOL
Langkah – langkah :
a.       Tentukan discount rate yang digunakan berdasarkan biaya modal atau Required Rate Of  Return.
b.      Menghitung present value dari net cash flow.
c.       Menghitung present value dar net outlay.
d.      Menghitung present value dengan mengurangkan PVNCF dengan PVNOL.
e.       Kriteria :
Jika NPV (+), investasi diterima.
Jika NPV (-), investasi ditolak.
3.      Internal Rates Of Return (IRR)
            Tingkat pengembalian yang dihasilkan atas suatu investasi atau discount rate yang menunjukkan present value cash flow = present value outlay. IRR yang didapat dibandingkan dengan biaya modal yang ditanggung peruusahaan.
IRR
=
I2
+
NPV2
x
(i2 – i1)




NPV1   -  NPV2


Di mana :        
I1             =  tingkat bunga 1 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1)      
I2             =  tingkat bunga 2 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2)      
NPV1      =  net present value 1         
NPV2      =  net present value 2
  Jika IRR > I, investasi diterima
  Jika IRR < I, Investasi ditolak
4.      Profitability Index 
                Membagi nilai antara sekarang arus kas masuk yang akan datang diterima diwaktu yang akan datang dengan arus kas keluar.
Rumus :
Profitability Index    =    PV. Proceed
                                                      PV.outlay 
Jika PI > 1, investasi diterima
Jika PI < 1, investasi ditolak

Perbandingan Antara Metode NPV dan IRR
Secara matematis, metode NPV, IRR, dan PI selalu memberikan rekomendasi yang sama untuk menerima atau menolak proyek-proyek yang independent (bukan mutually exclusive). Dua proyek disebut independent jika keputusan terima / tolak proyek satu tidak mempengaruhi keputusan terima/tolak proyek lainnya.
JIka suatu proyek memiliki NPV = 0, maka IRR = biaya modal dan PI = 1. Oleh karena itu, jika NPV IRR biaya modal dan PI 1.
Contoh :
Tahun Perkiraan Arus kas Proyek “X”
0 (1.000.000,-)
1 500.000,-
2 400.000,-
3 300.000,-
4 100.000,-
Biaya modal proyek adalah 10 %
NPV proyek = 79.820
IRR proyek = 14,5 %
PI proyek = 1,079
Menurut ke 3 metode tersebut, proyek harus diterima karena : NPV positif, IRR lebih besar dari biaya modal proyek dan PI lebih besar dari 1.
Penilaian Investasi dengan Umur (Usia) Ekonomis Berbeda
Ø         Untuk memilih usulan investasi yang memiliki umur ekonomis berbeda dapat dilakukan dengan dua pendekatan: Chain method atau Replacement method dan Equivalent annual cost.
Ø         Langkah-langkah chain method:        
1. Mencari angka kelipatan persekutuan terkecil yang dapat dibagi oleh kedua umur usulan investasi.
2. Menghitung present value biaya dari masing-masing usulan investasi
Ø         Langkah-langkah equivalent annual cost :     
            1. Menghitung present value dari biaya usulan investasi dengan discount rate tertentu.
            2. Mencari annuity factor dari discounted rate yang digunakan untuk menghitung present             value investasi yang bersangkutan. 
3. Membagi present value masing-masing usulan investasi (poin 1) dengan (poin 2).
4. Usulan investasi yang memiliki biaya ekuivalen tahunan terkecil merupakan usulan yang dipilih.

Pengaruh Inflasi pd Capital Budgeting
Apabila laju inflasi cukup signifikan, maka perlu diperimbangkan dalam keputusan capital budgeting.
Ada dua komponen yang terpengaruh oleh inflasi, yaitu aliran kas masuk dan tingkat penghasilan (rate of return) atau cost of capital yang diinginkan. Oleh karena itu kedua komponen tersebut perlu disesuaikan. Pedoman penyesuaiannya adalah sbb:
1. Kalikan indeks harga dengan aliran kas yang diukur berdasarkan nilai rupiah riil untuk mendapatkan arus kas dengan nilai nominal. 
2. Hitung tingkat penghasilan nominal :
(1 + tingkat inflasi ) ( 1 + tingkat penghasilan ) – 1

Biaya modal dan inflasi
            Dalam akhir artikel mereka, Bailey dan Jensen menyatakan, “Hal ini telah diargumentasikan bahwa tingkat suku bunga pasar menambah pengaruh tingkat harga dan bahwa tingkat akan menjadi unik (menekankan mereka). Tapi ini jauh dari jelas bahwa masih ada teknik yang menyediakan pengukuran unik dari tingkat tersebut. Dalam beberapa kasus, malakah ini tidak mensyaratkan resolusi atas isu-isu ini. Hal ini hanya menyatakan bahwa keberadaan perubahan tingkat harga umum mempengaruhi evaluasi proposal investasi.” [1, h al. 30-31].
            Pernyataan ini sendiri tidak biasa, karena argumen mengenai tingkat suku bunga nominal dan oleh sebab itu biaya modal nominal mengandung ketentuan inflasi  premium Fisher Effect dan secara umum diterima. Sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Van Horne, arus kas nominal harus diperlakukan dengan biaya modal nominal atau bias lain yang diperkenalkan dalam prosedur. Ketika tingkat diskon adalah determinan umum dari keputusan investasi, ini menghubungkan inflasi lebih dari sekedar melalui suku bunga dalam menentukan keseluruhan pengaruh inflasi terhadap belanja modal.
            Hubungan spesifik antara inflasi dan biaya modal masih dalam proses yang ditetapkan secara tegas dan dalam ketiadaan model penuh untuk menjelaskan hubungan ini, maka dalam bagian makalah ini akan memfokuskan pada hubungan antara perubahan inflasi dan perubahan yang berikutnya dalam tingkat suku bunga. Secara khusus kita akan menyepakati perbedaan antara tingkat suku bunga riil dan nominal, hubungan antara inflasi dan pergerakan tingkat suku bunga serta hubungan antara tingkat suku bunga dan biaya modal.
            Dalam dunia non inflasioner, dana pinjaman dengan tingkat suku bunga pengembalian pada tingkat yang setara untuk tingkat suku bunga ditetapkan dan  nominal. Jika inflasi diperkenalkan dalam sistem, pengembalian sebagaimana yang ditetapkan secara nomminal akan berbeda dari pengembalian riil, ketika arus kas masa yang akan datang memiliki daya beli lebih rendah. Ini bisa diperdebatkan apakah tingkat suku bunga akan naik dengan cepat atau tidak dalam jumlah tertentu dari penggantian kerugian inflasi, dan argumen pada setiap sisi telah disimpulkan oleh Bernstein [2], tapi apakah ini jelas bahwa pengenalan inflasi menempatkan tekanan ke atas pada tingkat suku bunga. Alasan ini adalah bahwa
(1) peminjam akan meningkatkan permintaan mereka atas dana selama inflasi untuk memberikan biaya transaksi yang lebih tinggi dan untuk memindahkan dari aktiva finansial menjadi aktiva non finansial sebagai penghambat terhadap inflasi, dan
 (2) kebijakan pihak berwenang akan bergerak untuk mengurangi tingkat pertumbuhan pasokan dana ketika inflasi melawan alat kebijakan.
Perbedaan antara tingkat nominal dan tingkat riil dinamakan dengan ‘inflasi premium’ dan banyak teks saat ini menyatakan premium sebagai tambahan terhadap tingkat suku bunga riil [9, hal 76-77] seperti contoh berikut :
Persamaan 1
i = k + p
Dimana
i = tingkat suku bunga yang ditetapkan atau tingkat nominal
k = tingkat suku bunga riil
p = tingkat inflasi
Hubungan aktual adalah perkalian dan bukan penambahan. Hal dapat ditunjukkan jika kita mengambil arus kas dan inflasi pada periode ‘t’ yang sama di masa yang akan datang :
Persamaan 2
C* = C(1 + p)t
Dimana :
C* = arus kas nominal atau terinflasi
t = periode waktu relatif pada tahun dasar
dan kemudian hitung C* nilai saat ini dengan menggunakan tingkat suku bunga nominal dari persamaan (1), kami telah menyusunnya menjadi :
Persamaan 3
PV = C*/(1 + p)t
Kita dapat menyempurnakan pengaruh yang sama dengan mendeflasi C* melalui indeks harga dan kemudian potong dengan menggunakan tingkat suku bunga riil : sehingga menjadi :
Persamaan 4
PV = (C*/(1 + p)t/(1 + k) t
Ketika persamaan (3) dan (4) diselesaikan dengan hasil sama, mereka dapat ditetapkan setara satu sama lain, sehingga :
Persamaan 5
C*/(1 + p)t C*
(1 + k)         (1+ i)t
Sehingga menghasilkan :
Persamaan 6
(1 + p)t(1 + k)t =(1 + i)t
           Rumus penambahan adalah perkiraan pertama yang masuk akal, tapi tidak harus digunakan dalam kasus anggaran modal yang sesungguhnya karena hal ini akan menimbulkan bias ke atas.
            Teori ekonomi yang diterima secara umum mendukung kesimpulan bahwa tingkat suku bunga seharusnya bergerak dalam arah yang sama seperti tingkat inflasi yang diharapkan. Suatu pendekatan teori kuantitas murni akan berargumen untuk pergerakan yang hampir-hampir tepat.
            Dalam teori preferensi likuiditas, permintaan untuk dana akan meningkat demi alasan diatas, dan untuk alasan dimana investor akan berharap suatu kegagalan dalam harga obligasi sebagai akibat dari inflasi dan cendering akan menginginkan untuk mempertahankan keseimbangan uang.
                       Asumsi kami dalam analisis berikut adalah bahwa biaya modal pada basis ex ante naik dengan proporsi sama seperti tingkat inflasi yang diharapkan; yaitu, mekanisme sama yang menyebabkan tingkat suku bunga naik selama inflasi juga akan menyebabkan biaya modal naik. Lebih jauh lagi, mereka yang menyediakan modal ekuitas kemungkinan besar untuk berperilaku sama seperti mereka yang menyediakan modal hutang.
            Fenomena jangka pendek bisa mencegah biaya modal dari perilaku yang sama tepat dalam model ini. Satu tindakan bisnis untuk mengganti struktur modal, bergerak ke arah jumlah yang lebih besar dari hutang dan menurunkan biaya modal setelah pajak.
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.

Welcome To Basil

Pages

Name*


Message*

Blog Archive